Dinsdag 16 April 2013
kecelakaan Pesawat Fokker F-28 (1 Juli 1993)
Fellowship 3000 dengan registrasi PK-GFU milik Merpati Nusantara mengalami kecelakaan dengan jumlah korban 41 orang. Pesawat ini mengalami kecelakaan di Sorong.
Selanjutnya tahun-tahun sebelumnya ada beberapa kecelakaan yang memang belum begitu terdeteksi faktor penyebabnya dengan jelas. Untuk lebih jelas berkaitan dengan kecelakaan pesawt terbang dapat dilihat disini. Melihat beberapa kecelakaan di atas, sebenarnya kecelakaan pesawat lebih banyak karena faktor Human error dan eksternal seperti cuaca. Mengapa? Mengingat pesawat dibuat dengan sistem yang fail safe design alias backup sistemnya banyak sehingga kemungkinan gagal sistem 1 bisa diganti sistem 2, sistem 2 ganti bisa diganti sistem standby. Oleh karena itu sampeyan semua jangan takut naik pesawat, meningingat faktor kecelakaan pesawat banyak karena human faktor dan faktor eksternal yang sebenarnya sudah bukan area kita, masak kita bisa milih cuaca gak khan… hehhe Berikut ada beberapa foto kecelakaan pesawat di atas,
Garuda Indonesia Jatuh ke Bengawan Solo (2002)
Pada 16 Januari 2002, Garuda Indonesia Boeing 737-300 bertolak dari Ampenan, Nusa Tenggara Timur, ke Yogyakarta. Di tengah perjalanan, ketika pesawat sudah memasuki area Jawa Tengah, mesin pesawat mendadak mati. Pilot mencoba menghidupkan mesin tiga kali, namun selalu gagal.
Di tengah kondisi darurat tersebut, Kapten Abdul Razak melihat ada perairan Sungai Bengawan Solo. Abdul Razak lantas mengontak petugas menara bandara Adi Sutjipto Yogyakarta, mengabarkan pesawat akan mendarat darurat di Bengawan Solo.
Abdul lantas mendaratkan pesawat tersebut di sungai yang berukuran lebar tersebut. Dari total 60 orang di atas pesawat, satu awak kabin tewas. Sebanyak 12 penumpang mengalami luka berat dan 10 penumpang mengalami luka ringan.
2. Merpati Jatuh di Laut Kaimana Papua (2011)
Pesawat Merpati bernomor penerbangan MZ-8968 tujuan Sorong-Kaimana-Biak jatuh dan hancur di laut, 500 meter dari Bandar Udara Utarom, Kaimana, Papua Barat, Sabtu (7/5/2011). Semua penumpang yang berjumlah 21 orang dan 6 awak pesawat tewas.
Kepala Bandara Utarom Gagarin Moniaga menyebutkan, pesawat tersebut jatuh pukul 13.45 WIT, beberapa menit sebelum jadwal pendaratannya di Kaimana. Pesawat diduga mengalami kerusakan mesin. Sebab, sekitar 10 menit sebelum jatuh, pilot Purwadi Wahyudi masih sempat mengontak petugas bandara.
Merpati Jatuh di Laut Kaimana Papua (2011)
Pesawat Merpati bernomor penerbangan MZ-8968 tujuan Sorong-Kaimana-Biak jatuh dan hancur di laut, 500 meter dari Bandar Udara Utarom, Kaimana, Papua Barat, Sabtu (7/5/2011). Semua penumpang yang berjumlah 21 orang dan 6 awak pesawat tewas.
Kepala Bandara Utarom Gagarin Moniaga menyebutkan, pesawat tersebut jatuh pukul 13.45 WIT, beberapa menit sebelum jadwal pendaratannya di Kaimana. Pesawat diduga mengalami kerusakan mesin. Sebab, sekitar 10 menit sebelum jatuh, pilot Purwadi Wahyudi masih sempat mengontak petugas bandara.
Menurut Gagarin, cuaca saat kejadian sangat buruk. Hujan disertai angin kencang menyulitkan jangkauan pandang awak pesawat. Pesawat yang sudah bersiap-siap mendarat tiba-tiba terangkat kembali akibat angin yang bertiup kencang. Pesawat sempat meledak.
Kecelakaan Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak
terjadi pada tanggal 9 Mei 2012 ketika sebuah pesawat Sukhoi Superjet 100 menghilang dalam penerbangan demonstrasi yang berangkat dari Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Indonesia. Pada tanggal 10 Mei, reruntuhan Superjet Sukhoi terlihat di tebing di Gunung Salak, sebuah gunung berapi di provinsi Jawa Barat. Karena bidang yang luas di mana puing-puing pesawat menabrak gunung, penyelamat menyimpulkan bahwa pesawat langsung menabrak sisi berbatu gunung dan bahwa "tidak ada peluang untuk hidup.
Kecelakaan pesawat Lion Air 15 april 2013
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Harry Bakti Gumay menjelaskan, penyebab kecelakaan pesawat Boeing 737-800 milik Lion Air, kemungkinan bukan karena fenomena cuaca, Senin (15/4/2013).
"Windshear itu bisa dideteksi. Ini berarti bukan windshear," ujar Harry di Gedung Kementerian Perhubungan, Jakarta, Senin (15/4/2013).
Fenomena cuaca seperti windshear, kata Harry, dapat dideteksi oleh alat yang dimiliki pesawat Boeing B737-800. Menurutnya, jika insiden jatuhnya pesawat disebabkan fenomena cuaca, maka tak hanya windshear, tapi bisa berupa downburst, dan banyak istilah cuaca lainnya.
Windshear merupakan angin yang dihasilkan dari awan badai. Biasanya, angin bertiup tak menentu, baik besaran maupun arahnya. Sedangkan pendaratan di laut (ditching) dapat direncanakan. Karena, pesawat keluaran terbaru dilengkapi alat deteksi ditching.
"Pesawat normal mau landing, sudah dapat izin dari tower ATC clear to land, dua menit setelah itu ternyata pesawat turun di laut," papar Harry.
Padahal, antara runway atau landasan pesawat dan laut, memiliki jarak yang cukup jauh. Menurut perkiraan Harry, pendaratan tersebut bisa memakan waktu lima menit.
"Lima menit itu jauh, kenapa itu terjadi? Itu masih tanda tanya," ucap Harry yang mengatakan pihaknya masih menunggu KNKT untuk hasil investigasi lebih lanjut.
Pesawat Lion Air Boeing B737-800 dengan rute penerbangan Bandung-Denpasar mengalami kecelakaan. Pesawat tidak mendarat di runway, tapi di laut pada pukul 15.10 WITA. (*)
Kecelakaan Pesawat C-130H Hercules, 2009 (100 orang tewas)
Kecelakaan Pesawat C-130H Hercules 2009 adalah kecelakaan pesawat menewaskan 98 orang penumpang dan 2 orang warga lokal, yang terjadi di Indonesia pada 20 Mei 2009. Pesawat Hercules Angkatan Udara Indonesia tipe C-130 Hercules membawa 112 orang (98 penumpang dan 14 kru) dan kecelakaan terjadi pada 6:30 waktu lokal (23:30 UTC), penerbangan dari Jakarta menuju Jawa Timur.
Pesawat menghantam daratan dan rumah sebelum mendarat di sawah, di desa di Desa Geplak, Kecamatan Karas, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Pesawat berusaha mendarat di Bandar Udara Iswahyudi, tapi jatuh sekitar 5,5 kilometer barat laut. Pesawat meledak dan terbakar ketika jatuh. Kondisi penerbangan dan cuaca dalam kondisi baik ketika terjadi kecelakaan.
Kecelakaan Mandala Airlines Penerbangan 091, 2005 (101 orang tewas)
Penerbangan RI 091 merupakan sebuah pesawat Boeing 737-200 milik Mandala Airlines yang jatuh di kawasan Padang Bulan, Medan, Indonesia pada 5 September 2005. Kecelakaan ini terjadi saat pesawat jurusan Medan-Jakarta ini sedang lepas landas dari Bandara Polonia Medan. Dari 117 orang (112 penumpang dan 5 awak), penumpang selamat berjumlah 16 orang dan 44 orang di darat turut menjadi korban.
Penelitian awal yang dilakukan KNKT dengan tim investigasi National Transportation Safety Board dari Amerika Serikat menemukan bahwa terdapat kerusakan yang menyebabkan salah satu mesin pesawat tersebut tidak bertenaga.
Namun, masih diselidiki apakah kondisi tersebut telah ada sebelum atau sesudah pesawat terempas dan meledak. Selain itu, beberapa hari setelah kejadian, muncul laporan yang menyebutkan bahwa pesawat tersebut membawa kargo berupa durian yang berbobot 2 ton, sehingga hampir mencapai batas berat maksimum yang mampu diangkut pesawat.
Kecelakaan Adam Air Penerbangan KI-574, 2007 (102 orang tewas)
black box KI-574
Penerbangan KI-574 adalah sebuah penerbangan domestik terjadwal Adam Air jurusan Surabaya-Manado, yang hilang dalam penerbangan. Mengoreksi kekeliruan laporan sebelumnya, pesawat sampai saat ini masih berstatus hilang.
Kotak hitam ditemukan di kedalaman 2000 meter pada 28 Agustus 2007. Kecelakaan ini menewaskan seluruh penumpangnya yang berjumlah 96 penumpang dan 6 awak pesawat. Pada 25 Maret 2008, KNKT mengumumkan penyebab kecelakaan adalah cuaca buruk, kerusakan pada alat bantu navigasi Inertial Reference System (IRS) dan kegagalan kinerja pilot dalam menghadapi situasi darurat.
Kecelakaan SilkAir Penerbangan 185, 1997 (104 orang tewas)
Penerbangan 185 adalah layanan penerbangan komersial rutin maskapai penerbangan SilkAir dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta, Indonesia ke Bandara Changi, Singapura. Pada tanggal 19 Desember 1997, sekitar pukul 16:13 WIB, pesawat Boeing 737-300 yang melayani rute ini mengalami kecelakaan jatuh di atas Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan.
Seluruh 104 orang yang ada di dalamnya (97 penumpang dan 7 awak kabin) tewas, termasuk pilot Tsu Way Ming dari Singapura dan kopilot Duncan Ward dari Selandia Baru. Investigasi kecelakaan ini dilakukan oleh Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Indonesia bersama dengan tim ahli dari NTSB Amerika, Singapura, dan Australia.
Pada tanggal 14 Desember 2000, KNKT mengeluarkan laporan yang menyatakan bahwa penyebab kecelakaan tidak dapat diketahui (undetermined). Namun, NTSB memiliki pendapat yang berbeda. Menurut mereka, kecelakaan ini disebabkan oleh tindakan Kapten Tsu yang sengaja menjatuhkan pesawatnya ke laut (bunuh diri).
Kecelakaan Garuda Indonesia Penerbangan GA 152, 1997 (222 orang tewas)
Penerbangan GA 152 adalah sebuah pesawat Airbus A300-B4 milik Garuda Indonesia yang jatuh di Desa Buah Nabar, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara, Indonesia (sekitar 32 km dari bandara dan 45 km dari kota Medan). Pesawat ini saat hendak mendarat di Bandara Polonia Medan pada 26 September 1997.
Kecelakaan ini menewaskan seluruh penumpangnya yang berjumlah 222 orang dan 12 awak dan hingga kini merupakan kecelakaan pesawat terbesar dalam sejarah Indonesia. Pesawat tersebut sedang dalam perjalanan dari Jakarta ke Medan dan telah bersiap untuk mendarat.
Menara pengawas Bandara Polonia kehilangan hubungan dengan pesawat sekitar pukul 13.30 WIB. Saat terjadinya peristiwa tersebut, kota Medan sedang diselimuti asap tebal dari kebakaran hutan. Ketebalan asap menyebabkan jangkauan pandang pilot sangat terbatas dan cuma mengandalkan tuntunan dari menara kontrol Polonia.
Namun kesalahmengertian komunikasi antara menara kontrol dengan pilot menyebabkan pesawat mengambil arah yang salah dan menabrak tebing gunung. Pesawat tersebut meledak dan terbakar, menewaskan seluruh penumpang dan awaknya.
Dari seluruh korban tewas, ada 44 mayat korban yang tidak bisa dikenali yang selanjutnya dimakamkan di Monumen Membramo, Medan. Di antara korban jiwa, selain warga Indonesia, tercatat pula penumpang berkewarganegaraan Amerika Serikat, Belanda dan Jepang.
Teken in op:
Plasings (Atom)